Minggu, 02 Juni 2013

“Beksan Golek Menak”

Beksan Golek Menak”  karya Sri Sultan Hamegku Buwana IX yang dicipta I pada tahun 1940-an merupakan karya ini monumental seorang raja besar Kaultanan Ngayogyakarta Hadingrat sebagai bentuk keariflokalan tradisi istana ketika Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan kolonian belanda dan jepang, karya tari ini berawal dari ide sultan setelah menyaksika pertunjukan wayang golek menak yang di pentaskan oleh seorng dalang dari kedu pada tahun 1941, untuk mewujudkan ide itu maka  pada tahun 1941 sultan  memanggil para pakar tari keratin yang dipimpin oleh K.R.T. Brongtodiningrat, pangeran Suryobringto, K.R.T Madukusumo, kusus KRT purbaningrat mengembng tugas atau dawuh atas ide atau gagasan Sri sultan HB IX untuk mentranformasikan gerak Wayang Golek kayu kedalam gerak tari yang dikenal dngan Hanjoged Golek, sehingga langkah awal beksan golek menak ini dapat terwujud.
Kelembagaan kerton yogykarta yang berdiri setelah peristiw perjajian gianti tahu 1755, dianggap sebagai salah satu pusat seni budaya klasik yang sah. Peristiwa peristiwa perjajian politik yang pada akhirnya menelorkn pembagian wilayah kerajaan mataram itu,kemudian pengeran mngkubumi sebagai salah satu pewaris tahta. Sejak zaman pemerintahan sultan hamengku buwono I hingga saat ini pemerintahan sultan hamengku buwono X yang sudah berlangsung selama kurang lebih dua setangah abad ini, kelembagaan tarian klasik gaya yogayakarta telah mengalami keberlanjutan atau kontinyusitas dan berkembangnya sesuai dengan zamannya. Setiap era pemerintahn sultan yang sedang bertahta,  klasik gaya Yogyakarta seperti wayang wong, bedaya, srimpi, maupun tari atau bksan – baksan lainya.
Sejarah perkembangan tari klasik gaya Yogyakarta yang di anggap cukup pesat itu terjadi pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwobo VIII (1921-1939). Pada zaman itu volume kegiatan seni pertunjukan di dalam istana semakin banyak, sehingga dapat ditengaai sebagai “ perkembangan atau kemajuan “ (lihat hadi, 2007). Kgususnya seni pertunjukan  yang wong yang ketika itu dianggap sebagai salah satu pertunjukan yang sangat pentig , hampir satiap tahun selalu diselenggarakan, khususnya kaitannya dengan ritual adat keratin Yogyakarta. Perhatian sultan terhadp pertunjukan wayang wong ini sangt besar, sehingga sultan dianggap sebagai pelindung utama atau the golden patrol. Pertunjukan wayang wong pada masa pemerintahan sultan hamengku buwono VIII tidakkurang dari 11 kali penyelenggaraan pertunjukan wayang wong dengan menampilkan cerita lengkap, megah dan besar (lihat saoedarsono, 1984). Pada era pemerintahan sultan ini juga dikenal telah menciptakan motif – motif perlengkapan maupun kostum tari seperti wayang ong, yang sampai sekarang tetap dipakai sebagai ciri khas pakai tari klasik gaya Yogyakarta.
Kemudian setelah dinasti pemerintahan sultan hamengku buwono VIII digantikan oleh sulan hamengku buwono IX sejak tahun 1940 sampai tahun 1988, dan berturut – turut sampai sekarang yaitu sultan hamengku buwono X, keberadan seni tari di kraton Yogyakarta mengalami pembabakan baru dan dapat dikatakan terus berkembang dengan pembaharuan- pembaharuannya, terutama pada era pemerintahan sulta hamengku buwono IX, sultan yang dianggap sebgai tarian klasik seperti jenis bedaya, yaitu bedaya hendarakusuma, bedaya sapta dengan kreativits hanya ditarikan tujuh penari, maupun bedaya awiwaha sangasaka dengan enam penari,juga telah di ciptakan jenis tari khusus yang yang di sebut tari atau beksa golek menak pada tahun 1941.konon penciptaan tarian atau beksa itu diilahami dari gerak – gerak pertunjukan wayang golek ,yaitu semacambonela yang disebut dari kayu yang diminkan pleh seorang dalang ,dengan sumber cerita dari serat menak,mkasering disebut “anjoged golek menak”  ide atau gagasan pembaharuan kreativitas dengan menciptakan tarian atau baksa ini, tidak ketinggalan sultan juga mengajak seniman atau abdi dalem penari keratin untuk ikut berperang dan menjdi semacam model pencarian gerak –gerak tariannya. Salah satu bukti peranan sultan dengan menyertakan para abdi dalem penari itu, terdapat dlam manuskrip surat – surat kawontenanipun serat – serat ingkan sami konjuk ing ngarsdalem saalebetipun tahun 1941.

Di samping dua abdi dalem sebagai penari itu juga dibantu oleh seniman – seniman keratin terkenal seperti kanjeng raden tumenggung purbaningrat (R.M. Dinusantomo, 1987). Tarian atau beksa ciptaan sultan hamengku buwono IX yang cukup umik itu, pertama kali dipentaskan di keratin Yogyakarta yaitu di tratag kencana untuk tingalan dalem atau ulang tahun sultan yang dihadiri oleh seluruh kerabat atau para bangsawan, para bupati, dan tamu undangan lainnya pada tahun 1943, dengan adegan peperangan antara tokoh Raden Maktal melawan Prabu Dirgamruta, Dewi Sundarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, keduanya petikan dari serat menak.
Semenjak sultan hamengku buwono IX menciptakan jenis tarian atau baksa golek menak yang menjdi ciri khusu keratin Yogyakarta itu, sesungguhnya masih ingin terus mengembangkan dan harapannya menjadi karya besar seperti wayang wong. Tetapi karena peran sultan semakin sibuk urusan – urusan Negara, dan kemudian banyak menetap di ibu kota, sehingga terpaksa kurang memperhatikan perkembangan seni kraton Yogyakarta. Namun pada tahun 1950 atas ijin sultan,setelah kegiatan seni pertunjukan tari dipindahkan keluar tembok istana, bertempatan di rumh atau dalem purwadiningrat, yaitu rumah salah seorang menantu sultan hamengku buwono VIII bernama KRT Purwodiningrat, dengan nama kelembagan Bebadan Hamong Beksa, jenis tarian itu mulai dikembangkan lagi oleh para abdi dalem penari kraton Yogyakarta. Bahkan kemudian pad tahun 1952, salah satu abdi dlem penari krton bernama R.W. Sasmintamardawa mendirikan organisasi tari klasik bernama Mardawa Budaya, Beksa Golek Menak itu dikembangkan pula menjadi jenis drmatari yang mengambil lakon – lakon dari serat menak.
Sejak itu sesungguhnya jenis train atau Beksa Golek Menak,juga berkembang di lingkungan masyarakat Yogyakarta dan dipelajari oleh lembaga – lembaga atau organisasi tari lainnya, maupun pendidikan seni seperti SMKI “Kontri” ISI Yogyakarta. Bagian atau pentikan dari beksa yang cukup dikenal dan sering dipentaskan di luar istan, seperti misalnya beksa umarmaya melawan umarmadi,atau umarmaya purti seperti peperangan Dewi Kelaswara melawan Dewi adhaninggar. Melalui forum komunikasi seni ISI yogykarta kembali lagi berusaha mengembangkan atau merevitalisasi tarian atau beksa golek menak yang digarap para pengajarnya maupun alumnusnya,secara didukung oleh para mahasiswanya. Garapan koreogrfi beksa golek menak yang berbentuk drmatari bear, dengan mengambil petikan dan serat menak berjudul kisaha putri cina.
Tari atau beks golek menak sebgai slah stu ciri khas tari klasik gaya Yogyakarta, dewasa ini sudah jarang dipertunjukan terutama yang bersifat garapan gramatari dengan mengambil petikan lakon tertentu. Beberapa organisasi atau lembga kesenian apabila mengangat atau menggarap tarian ini kebanyakan hanya berupa pethilan beksa golekmenak antra lain penthilan beksa golek menak antara lain pethilan beksa perangan, seperti beksa golek menak putri peperangan antara dewi adhaninggar melawan dewi kelaswara. Sejak diciptakan pertama kali jenis tarian itu, ternyata petikan lakon putri cina atau dewi adhaninggar ini cukup terkenal dan menarik. Latar belakang cerita sert menak dari salh satu versiini, bahwa si pengarang atau si penulis naskah, dpat diduga mengandung pesan atau maksud tertentu secara antara lain berkaitan dengan multi dengan multi etnis atau adanya ide – ide keberagaman budaya.
Berkaitan dengan budaya cina sesungguhnya di keraton Yogyakarta sendiri tidak begitu asing. Nama cina ini ternyata juga pernah di pakai oleh sultan Hamengku Buwono V untuk memberi nama kelompok – kelompok abdi dalem penari yaitu ringgit cina, ringgit encik, ringgit gupermen. Berkaitan dengan itu maka patut diduka ketika sultan Hamengku Buwono  IX menciptakan Beksa Golek Menak antara lain dengan memasukkan unsur – unsur cerita asing kemudian juga unsur – unsur gerak – gerak silat gaya minang,usur – unsur pakaian yang bersifat non jawa, sesungguhnya mengandug maksud bahwa sebagai seorang sultan yang sesudah berpandangan moderat, sangat demokratis terbuka dengan pemahaman multi etnis
Sehubungan dengan itu, mk kali ini ISI Yogyakarta melalui forum komunikasi seni (FKS) ingin mengangkat kembali tarian atai Baksa Golek Menak ini, karena jenis tarian ini dianggap sangat khusus, dan unik, yang tidak ada di lingkungan isatana atau keratin lainhya, sehingga dapat ditempatkan menjdi pluralisme kesenian jawa, dan merupakan legitimasi warisan budaya bangsa.

1 komentar:

New Casino Sites 5 Pound Deposit Offer 제왕카지노 제왕카지노 코인카지노 코인카지노 5477180 soccer best predict

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More