“Beksan Golek Menak” karya Sri Sultan
Hamegku Buwana IX yang dicipta I pada tahun 1940-an merupakan karya ini
monumental seorang raja besar Kaultanan Ngayogyakarta Hadingrat sebagai bentuk
keariflokalan tradisi istana ketika Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaan
dari penjajahan kolonian belanda dan jepang, karya tari ini berawal dari ide
sultan setelah menyaksika pertunjukan wayang golek menak yang di pentaskan oleh
seorng dalang dari kedu pada tahun 1941, untuk mewujudkan ide itu maka pada tahun 1941 sultan memanggil para pakar tari keratin yang dipimpin
oleh K.R.T. Brongtodiningrat, pangeran Suryobringto, K.R.T Madukusumo, kusus
KRT purbaningrat mengembng tugas atau dawuh atas ide atau gagasan Sri sultan HB
IX untuk mentranformasikan gerak Wayang Golek kayu kedalam gerak tari yang
dikenal dngan Hanjoged Golek, sehingga langkah awal beksan golek menak ini
dapat terwujud.
Kelembagaan kerton yogykarta yang
berdiri setelah peristiw perjajian gianti tahu 1755, dianggap sebagai salah
satu pusat seni budaya klasik yang sah. Peristiwa peristiwa perjajian politik
yang pada akhirnya menelorkn pembagian wilayah kerajaan mataram itu,kemudian
pengeran mngkubumi sebagai salah satu pewaris tahta. Sejak zaman pemerintahan
sultan hamengku buwono I hingga saat ini pemerintahan sultan hamengku buwono X
yang sudah berlangsung selama kurang lebih dua setangah abad ini, kelembagaan
tarian klasik gaya yogayakarta telah mengalami keberlanjutan atau kontinyusitas
dan berkembangnya sesuai dengan zamannya. Setiap era pemerintahn sultan yang
sedang bertahta, klasik gaya Yogyakarta
seperti wayang wong, bedaya, srimpi, maupun tari atau bksan – baksan lainya.
Sejarah perkembangan tari klasik
gaya Yogyakarta yang di anggap cukup pesat itu terjadi pada zaman pemerintahan
Sultan Hamengku Buwobo VIII (1921-1939). Pada zaman itu volume kegiatan seni
pertunjukan di dalam istana semakin banyak, sehingga dapat ditengaai sebagai “
perkembangan atau kemajuan “ (lihat hadi, 2007). Kgususnya seni pertunjukan yang wong yang ketika itu dianggap sebagai
salah satu pertunjukan yang sangat pentig , hampir satiap tahun selalu
diselenggarakan, khususnya kaitannya dengan ritual adat keratin Yogyakarta.
Perhatian sultan terhadp pertunjukan wayang wong ini sangt besar, sehingga
sultan dianggap sebagai pelindung utama atau the golden patrol. Pertunjukan wayang wong pada masa pemerintahan
sultan hamengku buwono VIII tidakkurang dari 11 kali penyelenggaraan
pertunjukan wayang wong dengan menampilkan cerita lengkap, megah dan besar
(lihat saoedarsono, 1984). Pada era pemerintahan sultan ini juga dikenal telah
menciptakan motif – motif perlengkapan maupun kostum tari seperti wayang ong,
yang sampai sekarang tetap dipakai sebagai ciri khas pakai tari klasik gaya
Yogyakarta.
Kemudian setelah
dinasti pemerintahan sultan hamengku buwono VIII digantikan oleh sulan hamengku
buwono IX sejak tahun 1940 sampai tahun 1988, dan berturut – turut sampai
sekarang yaitu sultan hamengku buwono X, keberadan seni tari di kraton
Yogyakarta mengalami pembabakan baru dan dapat dikatakan terus berkembang
dengan pembaharuan- pembaharuannya, terutama pada era pemerintahan sulta
hamengku buwono IX, sultan yang dianggap sebgai tarian klasik seperti jenis
bedaya, yaitu bedaya hendarakusuma, bedaya sapta dengan kreativits hanya
ditarikan tujuh penari, maupun bedaya awiwaha sangasaka dengan enam penari,juga
telah di ciptakan jenis tari khusus yang yang di sebut tari atau beksa golek
menak pada tahun 1941.konon penciptaan tarian atau beksa itu diilahami dari
gerak – gerak pertunjukan wayang golek ,yaitu semacambonela yang disebut dari
kayu yang diminkan pleh seorang dalang ,dengan sumber cerita dari serat
menak,mkasering disebut “anjoged golek menak”
ide atau gagasan pembaharuan kreativitas dengan menciptakan tarian atau
baksa ini, tidak ketinggalan sultan juga mengajak seniman atau abdi dalem
penari keratin untuk ikut berperang dan menjdi semacam model pencarian gerak
–gerak tariannya. Salah satu bukti peranan sultan dengan menyertakan para abdi
dalem penari itu, terdapat dlam manuskrip surat
– surat kawontenanipun serat – serat ingkan sami konjuk ing ngarsdalem
saalebetipun tahun 1941.
Di samping dua abdi dalem sebagai
penari itu juga dibantu oleh seniman – seniman keratin terkenal seperti kanjeng
raden tumenggung purbaningrat (R.M. Dinusantomo, 1987). Tarian atau beksa
ciptaan sultan hamengku buwono IX yang cukup umik itu, pertama kali dipentaskan
di keratin Yogyakarta yaitu di tratag kencana untuk tingalan dalem atau ulang
tahun sultan yang dihadiri oleh seluruh kerabat atau para bangsawan, para
bupati, dan tamu undangan lainnya pada tahun 1943, dengan adegan peperangan
antara tokoh Raden Maktal melawan Prabu
Dirgamruta, Dewi Sundarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, keduanya petikan
dari serat menak.
Semenjak sultan hamengku buwono IX
menciptakan jenis tarian atau baksa golek menak yang menjdi ciri khusu keratin
Yogyakarta itu, sesungguhnya masih ingin terus mengembangkan dan harapannya
menjadi karya besar seperti wayang wong. Tetapi karena peran sultan semakin
sibuk urusan – urusan Negara, dan kemudian banyak menetap di ibu kota, sehingga
terpaksa kurang memperhatikan perkembangan seni kraton Yogyakarta. Namun pada
tahun 1950 atas ijin sultan,setelah kegiatan seni pertunjukan tari dipindahkan
keluar tembok istana, bertempatan di rumh atau dalem purwadiningrat, yaitu
rumah salah seorang menantu sultan hamengku buwono VIII bernama KRT Purwodiningrat,
dengan nama kelembagan Bebadan Hamong
Beksa, jenis tarian itu mulai
dikembangkan lagi oleh para abdi dalem penari kraton Yogyakarta. Bahkan
kemudian pad tahun 1952, salah satu abdi dlem penari krton bernama R.W.
Sasmintamardawa mendirikan organisasi tari klasik bernama Mardawa Budaya, Beksa
Golek Menak itu dikembangkan pula menjadi jenis drmatari yang mengambil lakon –
lakon dari serat menak.
Sejak itu sesungguhnya jenis
train atau Beksa Golek Menak,juga berkembang di lingkungan masyarakat
Yogyakarta dan dipelajari oleh lembaga – lembaga atau organisasi tari lainnya,
maupun pendidikan seni seperti SMKI “Kontri” ISI Yogyakarta. Bagian atau pentikan
dari beksa yang cukup dikenal dan sering dipentaskan di luar istan, seperti
misalnya beksa umarmaya melawan umarmadi,atau umarmaya purti seperti peperangan
Dewi Kelaswara melawan Dewi adhaninggar. Melalui forum komunikasi seni ISI
yogykarta kembali lagi berusaha mengembangkan atau merevitalisasi tarian atau
beksa golek menak yang digarap para pengajarnya maupun alumnusnya,secara
didukung oleh para mahasiswanya. Garapan koreogrfi beksa golek menak yang
berbentuk drmatari bear, dengan mengambil petikan dan serat menak berjudul
kisaha putri cina.
Tari atau beks golek menak sebgai
slah stu ciri khas tari klasik gaya Yogyakarta, dewasa ini sudah jarang
dipertunjukan terutama yang bersifat garapan gramatari dengan mengambil petikan
lakon tertentu. Beberapa organisasi atau lembga kesenian apabila mengangat atau
menggarap tarian ini kebanyakan hanya berupa pethilan beksa golekmenak antra
lain penthilan beksa golek menak antara lain pethilan beksa perangan, seperti
beksa golek menak putri peperangan antara dewi adhaninggar melawan dewi
kelaswara. Sejak diciptakan pertama kali jenis tarian itu, ternyata petikan
lakon putri cina atau dewi adhaninggar ini cukup terkenal dan menarik. Latar
belakang cerita sert menak dari salh satu versiini, bahwa si pengarang atau si
penulis naskah, dpat diduga mengandung pesan atau maksud tertentu secara antara
lain berkaitan dengan multi dengan multi etnis atau adanya ide – ide keberagaman
budaya.
Berkaitan dengan budaya cina
sesungguhnya di keraton Yogyakarta sendiri tidak begitu asing. Nama cina ini
ternyata juga pernah di pakai oleh sultan Hamengku Buwono V untuk memberi nama
kelompok – kelompok abdi dalem penari yaitu ringgit cina, ringgit encik,
ringgit gupermen. Berkaitan dengan itu maka patut diduka ketika sultan Hamengku
Buwono IX menciptakan Beksa Golek Menak
antara lain dengan memasukkan unsur – unsur cerita asing kemudian juga unsur –
unsur gerak – gerak silat gaya minang,usur – unsur pakaian yang bersifat non
jawa, sesungguhnya mengandug maksud bahwa sebagai seorang sultan yang sesudah
berpandangan moderat, sangat demokratis terbuka dengan pemahaman multi etnis
Sehubungan dengan itu, mk kali
ini ISI Yogyakarta melalui forum komunikasi seni (FKS) ingin mengangkat kembali
tarian atai Baksa Golek Menak ini,
karena jenis tarian ini dianggap sangat khusus, dan unik, yang tidak ada di
lingkungan isatana atau keratin lainhya, sehingga dapat ditempatkan menjdi
pluralisme kesenian jawa, dan merupakan legitimasi warisan budaya bangsa.
1 komentar:
New Casino Sites 5 Pound Deposit Offer 제왕카지노 제왕카지노 코인카지노 코인카지노 5477180 soccer best predict
Posting Komentar